Dampak Infeksi Cacing pada Kecerdasan Anak

Penyakit cacingan masih menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat di seluruh dunia, utamanya di negara tropis. Menurut data terbaru dari Badan Kesehatan Dunia WHO, sebanyak lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari seluruh total populasi dunia pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing kremi, cacing tambang maupun cacing gelang ini.

Mengingat tingginya pravalensi penyakit cacingan, sudah seharusnya masyarakat lebih berhati-hati dan waspada, terlebih karena penyakit ini paling sering menyerang anak balita hingga anak kecil usia sekolah (5-14 tahun). Penyakit cacingan yang dibiarkan tak teratasi akan berdampak serius pada tumbuh kembang anak, termasuk kecerdasannya.

Bagaimana dampak infeksi cacing terhadap kecerdasan anak?

Umumnya, cacing yang menginfeksi manusia dapat tinggal dan berkembang biak di usus lalu mengisap protein dan zat besi dari darah. Akibatnya, penyerapan nutrisi pada anak terganggu dan membuatnya rentan terhadap risiko anemia. Tidak hanya itu, infeksi cacing juga dapat menyebabkan gejala seperti diare, kehilangan nafsu makan dan disentri. Jika hal ini dibiarkan terjadi terus-menerus, anak akan kekurangan nutrisi yang ia perlukan untuk tumbuh, sehingga kesehatan fisik dan kecerdasannya pun terganggu.

Hal ini pernah dibuktikan dalam sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Tropical Pediatrics, di mana dua kelompok yang terdiri dari 200 anak usia 24-72 bulan diteliti pertumbuhannya selama 12 bulan. Hasilnya, 100 anak dalam kelompok pertama yang pernah menderita cacingan diketahui memiliki tinggi dan berat badan yang lebih rendah dibanding 100 anak dalam kelompok kedua yang tidak pernah menderita cacingan.

Bagaimana mencegah infeksi cacing pada anak?

Peran orang tua sangat diperlukan untuk mencegah anak terserang infeksi cacing. Pasalnya, infeksi cacing masih sulit didiagnosa jika jumlah cacing yang masuk ke tubuh sedikit. Gejala baru akan muncul jika larva atau cacing dewasa dalam jumlah banyak sudah menginfeksi jaringan tertentu dalam tubuh. Maka dari itu, WHO merekomendasikan agar para orang tua dapat secara rutin memeriksakan kondisi anak dan keluarga setiap enam bulan sekali demi mencegah infeksi cacingan. Selain itu, orang tua juga dihimbau untuk mengajari anak-anak menerapkan perilaku hidup sehat sedini mungkin. Contohnya, anak diajari untuk menggunakan alas kaki, rutin mencuci tangan setiap habis bermain di luar rumah dan rutin membersihkan dan memotong kuku karena telur bisa saja masuk melalui tanah yang menempel di tangan anak.

Jika anak atau anggota keluarga mengalami gejala yang mengindikasikan penyakit cacingan seperti sakit perut, diare, mual, muntah, sesak napas atau batuk, berikan ia obat cacing Pirantel Pamoat. Obat cacing Pirantel Pamoat efektif melumpuhkan cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing gelang (Ascaris lumbricouides), cacing tambang (Ancylosstoma duodenaleNecator americanus), Trichostrongylus colubriformis dan Trichostrongylus dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromaskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.